Minggu, 13 Mei 2012

Misteri Gunung Salak (Bagian II)

Gunung
Salak
memang
tidak
setinggi
Gunung
Gede,
tetangganya. Namun tingkat kesulitan
yang dimiliki Gunung Salak begitu angker
untuk didaki. Termasuk keberadaan Kawah
Ratu yang ada di wilayahnya.









Gunung Salak dapat didaki dari beberapa
jalur, yakni jalur Wana Wisata Cangkuang
Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi,
Wana Wisata Curug Pilung, Cimelati, Pasir
Rengit dan Ciawi. Belum lagi jalur-jalur
tidak resmi yang dibuka para pendaki
ataupun masyarakat sekitar.




Banyaknya jalur menuju puncak Gunung
Salak dan saling bersimpangan tentu
membingungkan para pendaki. Banyak
diantaranya yang kemudian tersasar dan
menghilang.




Banyaknya jalur pendakian banyak pula
mitos atau kisah yang menyelimuti
Gunung Salak. Selain kawasan ini dianggap
suci bagi kalangan masyarakat Sunda
wiwitan karena dianggap sebagai tempat
terakhir Prabu Siliwangi.




Lokasi ini ternyata juga disebut banyak
menyimpan harta karun peninggalan
Belanda. Harta itu berupa emas murni
yang dimasukan di dalam peti. Dan peti-
peti itu kemudian dikubur di empat titik
terpisah di area Gunung Salak.




Harta tersebut sengaja di kubur VOC,
karena takut diambil tentara Jepang yang
masuk ke Indonesia 1942. “Mereka (VOC)
takut emas-emas yang mereka kumpulkan
direbut Jepang yang waktu itu berusaha
mengusir Belanda dari Indonesia,” ujar
tokoh masyarakat Cidahu, Sukabumi.
Setelah sukses menguburnya, mereka
kemudian membuat peta penunjuk arah
yang disertai tanda-tanda fisik lokasi.




Waktu itu VOC berharap ketika mereka
datang lagi ke Indonesia harta yang
disimpan bisa diambil kembali.
Tapi kenyataanya setelah Jepang keluar,
Indonesia kemudian merdeka tahun 1945.
Akhirnya serdadu Belanda dan VOC tidak
bisa masuk lagi ke Indonesia. Tentu saja
harta-harta yang dikubur itu tidak bisa
diambil kembali.




Kabar tentang adanya harta timbunan itu
di Gunung Salak sempat beredar tahun
1953. Waktu itu, sejumlah warga Cidahu
mendengar kalau harta karun itu di kubur
di wilayah kaki Gunung Salak tersebut.
Info yang mereka terima tanda fisik
tempat penyimpanan harta itu adalah
tembok yang tebalnya 120 centimeter
persegi.




Ada lagi yang mengatakan kalau disekitar
Kawah Ratu ada juga harta yang ditimbun.
Alhasil, karena kabar tersebut, hampir
seluruh warga Cidahu beramai-ramai
mencarinya. Setiap ada tembok sisa
peninggalan Belanda mereka hancurkan.




Dalam beberapa bulan, tembok sisa
pembatas perkebunan milik Belanda
dengan penduduk pribumi saat itu,
langsung ludes menjadi puing.
Sementara warga yang coba mencari harta
itu di sekitar Kawah Ratu banyak yang
tewas karena menghadapi medan yang
berat di Gunung Salak. Arwah-arwah inilah
yang kabarnya bergentayangan di sekitar
Kawah Ratu.




Kini kabar harta itu kemudian muncul
kembali pertengahan 2006 lalu. Bajari saat
sedang menunggu warung miliknya,
didatangi tiga pria. Mereka mengaku
berasal dari Jakarta. Bahkan salah satu
diantaranya mengaku salah seorang cucu
soekarno dari Guntur, anak sulung
Soekarno.




Tiga pria itu menanyakan tentang
beberapa tanda fisik, yang katanya tempat
penyimpanan harta karun yang sempat
menghebohkan warga Cidahu 1953 lalu.
Tanda-tanda fisik yang tertera di peta
adalah berupa aliran sungai, pohon
bambu, pohon damar dan sebuah tembok
berukuran 120 centimeter persegi.
Namun oleh Bajari dikatakan tanda-tanda
yang tertera di peta sudah tidak ada lagi.
Ukuran wilayah yang tertera di peta
tersebut juga sudah banyak yang bergeser
sehingga sulit untuk melacaknya.




Menurut pengakuannya Bajari di sekitar
Gunung Salak memang banyak harta yang
ditanam oleh para pengusaha asal Belanda
yang kabur sebelum pendudukan Jepang
ke Indonesia. Alhasil kisah emas VOC
membuat Gunung Salak semakin
misterius.




Sumber: Kabupaten Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar