Rabu, 18 Juli 2012

Cinta Hilang, Berkembang

Aku berdiri disini, melihat sejenak kearah sekelilingku. Hembusan angin terasa menyejukan sekujur tubuhku yang panas. Aku mencoba menghela nafas ku, menarik seluruh udara yang masuk ke paru-paru dan jantungku.


Terlihat, anak-anak sekolah dasar lalu lalang dengan riangnya dihadapanku. Tawa canda mereka, seolah tak ada beban. Bebas berlarian dan tertawa lebar. Hmm, aku sedikit teralihkan dari niatku dengan kehadiran mereka, dan hampir saja ikut tersenyum menyaksikan mereka.


Namun aku kembali dengan apa yang ada dipikiranku saat ini. Dengan memejamkan mata, aku sangat ingin berteriak sekencang-kencangnya di atas Jembatan tinggi ini. ahh, lebih baik aku tetap memendam saja apa yang menyiksa batinku ini.


Dan lagi, pikiranku dengan emosi yang memuncak selalu memancing aku untuk naik lebih pinggir lagi diatas Jembatan ini, yang tingginya kurang lebih 30 meter, dibawahnya terdapat aliran sungai kecil, namun dikelilingi dengan bebatuan keras yang sangat padat dan besar-besar. Pikirku, jembatan dan bebatuan dibawah sini cukup untuk membenamkan seluruh jiwa dan ragaku. Menghancurkan segenap kenangan yang kerap menghantui, yang sudah tak ingin aku ingat lagi. Biarkan aku terkubur dibebatuan itu, biarkan jiwaku menghilang bersama aliran sungai, dan biarkan seluruh tubuhku hancur dihujam bebatuan keras nan padat dibawah sana, agar aku bisa melupakan Perihnya hidup yang aku rasakan.

Belum pernah aku merasakan hidup yang sangat putus asa seperti ini. Entah apa yang aku rasakan, dirasa sungguh sangat menyakitkan, dan seolah-olah hidupku sudah tidak berarti lagi, aku terasa hampa, dan sangat-sangat merasa inilah akhir dari seluruh hidupku, aku harus mengakhirinya!


Awalnya aku Adalah seorang pemuda biasa yang berjuang mencari kehidupan sempurna. Namaku Heru Saputra, setelah lulus Sekolah menengah Umum (SMU) aku tak melanjutkan ke bangku Kuliah. dan aku memutuskan untuk langsung mencari kerja saja, guna menghidupi aku dan kedua orang tuaku. Oia, akupun mendambakan keluarga kecil bahagia, tinggal dirumah sederhana, memiliki pekerjaan tetap dengan seorang istri cantik yang baik hati, dan buah hati yang lucu. Hmm.. Itulah harapan dan cita-cita yang akanku kejar saat ini. Namun saat ini, aku masih berada di titik nol, maksudnya, aku belum memiliki semua itu. Aku masih belum punya pacar lagi. Dulu, waktu masih sekolah, aku sempat mempunyai seorang pacar teman sekelas, tetapi setelah kami lulus, kami pun putus, dan dia dibawa pindah sama orang tuanya, entah kemana. Lumayan sakit hati dan bikin galau sih sewaktu aku putus dengan dia, tapi aku bisa move on. Dan sekarang, aku bertekad untuk mencari lagi seseorang yang akan aku jadikan teman hidup untuk bersama, dan mau berjanji sehidup semati, susah senang, dia mau bersamaku.. Wah, malah mengkhayal ketinggian, mana ada wanita seperti itu dijaman sekarang ini, apalagi aku hanyalah seorang lelaki yang notabene belum memiliki apa-apa, apakah mungkin aku mendapatkan bidadari dunia itu? Hmm.


Hari ini, aku mencoba berusaha mencari pekerjaan, dari kantor satu ke kantor lainnya. Lamaran sudah aku masukan, dan entah kenapa? Apa karena aku seorang lulusan SMU, justru susah mencari pekerjaan dikota besar ini, banyak ditolak dan kebanyakan mereka (perusahaan-perusahaan) hanya membutuhkan seseorang lulusan sarjana, sehingga menjadi sulit buat aku yang hanya berijazahkan SMU.

Lelahnya hari ini, dan waktu sudah sudah hampir beranjak malam, saatnya buatku untuk pulang kerumah, ingin segera berbaring dikamar, merebahkan badan yang sangat terkuras hari ini, karena menyusuri kota untuk mencari pekerjaan. Walau belum mendapat jawaban dari semua lamaran yang aku masukan, setidaknya aku sudah berusaha dan merasa sudah tidak begitu terasa terbebani karena sekarang aku hanya tinggal menyerahkan dan berdoa saja semuanya kepada Tuhan. Sang pemilik jiwa dan ragaku

"Stop kiri, bang" aku memberhentikan angkot yang aku tumpangi, dan bergegas keluar sambil memberi uang ongkos kepada sang pengemudi. humm, aku harus berjalan kaki lagi untuk tiba dirumah. Tapi tidak begitu jauhlah, hanya beberapa meter dan melewati sebuah jembatan saja.


Waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan malam, dan aku mulai melewati jembatan tinggi dan panjang yang setiap hari aku lewati. Tiba-tiba langkahku terhenti, tidak biasanya di jam segini di jembatan ini ada seseorang yang tengah berdiri di dinding jembatan. Aku coba menghampiri orang tersebut dengan perlahan. Aku dekati dengan rasa takut, dan setelah aku perhatikan, ternyata dia sepertinya seorang wanita muda berdiri diatas dinding jembatan sambil menangis. Lalu aku berusaha mencoba menegurnya "mbak? Se..see..dang ..apa?" tanya ku sambil terbata-bata.. Wanita muda itu menoleh aku sambil berteriak dan memaki aku "PERGI SANA dan JANGAN GANGGU AKU!!",. "Ooke, saya nggak akan mengganggu kamu, saya akan menjauh" pungkasku. Aku takut terjadi apa-apa, jadi aku memutuskan mundur


Namun aku berpikir, sepertinya wanita ini akan seperti mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari atas jembatan curam ini. Dan aku pun berpikir, apa aku selamatkan saja ini orang? tak berselang lama, akupun memberanikan diri dengan bertindak.

Aku agak menjauh, dan membelakangi wanita muda itu. Dan ketika dia sudah tidak memandangi aku, aku langsung merangkul dia, dan menariknya agar menjauh dari dinding jembatan itu. Dia pun berteriak dan berontak. Tetapi aku tetap tidak melepaskannya, dan malah semakin keras mendekap tubuhnya dari belakang. Lalu kami pun terjatuh, dan terbaring dilantai jembatan


Rupanya teriakan dia menjadi perhatian para penduduk sekitar. Dan mereka langsung menghampiri kami. Beruntung aku masih tinggal dilingkungan ini, sehingga orang-orang yang menghampiri kami, mengenal aku, dan mereka pun sambil bertanya keheranan..


"ada apa mas Heru?" tanya salah seorang warga yang menghampiri aku. Aku sejenak berpikir, kalau aku beri tahu mereka perihal bahwa wanita ini akan bunuh diri, dan aku menggagalkannya, sudah pasti para aparat yang berwajib, akan membawa wanita muda ini, lalu ada potensi nantinya dia akan kembali seperti itu. dan aku kasihan juga sama dia. Sementara kalau aku lihat, wanita ini tidak seperti wanita jalanan atau gelandangan, mengingat aku melihat dari pakaian dan model rambut dan sepatunya, aku berkeyakinan, sepertinya perempuan ini pasti orang yang berada, tetapi dia putus asa dengan kehidupannya. Sehingga mau mengakhiri hidupnya di jembatan ini.


"Anu mas, ini pacar saya dan kami lagi biasalah, bertengkar gitu," ucapku sambil tersenyum kearah mereka. Perempuan itu malah meronta dan menjerit-jerit. Tetapi aku tutup mulutnya menggunakan sebelah tanganku. aku ajak wanita ini berdiri, dengan merangkulnya, tapi masih mulutnya aku bekap menggunakan tanganku. "ooo, pacaran toh.. Tak kirain ono opo?" ujar salah seorang warga seraya membubarkan diri masing-masing dan meninggalkan kami berdua saja.


"maaf ya mas-mas udah merepotkan, hee" aku sedikit berteriak kepada para warga yang tadi mengerebungi aku dan wanita itu.


Setelah orang-orang yang berada disekitar jembatan ini pergi, tinggallah aku dan wanita itu, hanya berdua saja. Wanita itu tetap menangis dan tubuhnya berontak ingin lari melepaskan diri dari peganganku. "Aku sama sekali nggak mau terlibat sama masalah kamu, tapi aku orang sini, belum pernah melihat kamu yang berdiri diujung jembatan seolah mau melompat, apa maksud kamu? Jelasin dulu, baru aku lepasin kamu..." Aku berbicara kepadanya seraya memegang kedua belah pipinya sambil berhadapan dengan wajahku. "Peduli apa kamu sama hidup orang? Hah!" lagi, wanita itu mencaci aku," Aku tersenyum, dan melepaskan peganganku, "silahkan.. Kamu boleh melakukan sesuka kamu, bebas kok, aku nggak kenal kamu, belum pernah aku melihat kamu disini, silahkan kalau memang sudah bosan hidup, dan ingin mengakhirinya. Tapi apa masalah itu akan selesai hanya dengan menghilangkan nyawa sendiri?" cetusku, sambil membebaskan dia, melepaskan cengkeramanku, dan mundur dari hadapan wanita itu.


Wanita itu tediam, aku pun terdiam, aku mundur dua langkah dari hadapannya, kami sejenak terpaku, saling bertatapan.. Aku mencoba tersenyum, tapi dia masih terdiam dengan tatapan yang kosong. "Sudah, sekarang kamu ikuti aku pulang, kita bicarakan ini dirumah aku saja, karena sekarang sudah malam." aku berpaling darinya, dengan percaya dirinya aku berpikir wanita itu akan mengikuti langkahku. Belum lagi langkahku bergerak, aku kembali menoleh kearah wanita itu, dan.......


"HEEYYY!!" aku berteriak kencang, bukannya mengikuti langkah aku, ternyata wanita itu malah berlari kembali kearah dinding jembatan itu.


Bersambung....


Penulis: Cho Layz

NB: Cerpen sejatinya adalah cerita pendek yang langsung selesai, namun di cerpen saya ini, sengaja saya buat bersambung, dua atau tiga bagian. Semoga ada yang membaca dan kalau sudah membaca, silakan komentar, berikan kritikannya.. Hehe.. :D

Jangan lupa Follow my twitter @Cho_layz pasti di Followback

Tidak ada komentar:

Posting Komentar