Selasa, 24 Juli 2012

Cinta Hilang Berkembang Bag III (tamat)

Ini adalah bagian akhir dari cerpen saya. Dan yang ketinggalan cerita sebelumnya, klik dibawah sini

Cerpen | Cinta Hilang Berkembang Bag II

Kita simak bersama-sama, bagaimana ending cerita ini.. Cekidot: :D

Lalu tiba-tiba aku mendengar suara lelaki tua memanggilku. Dia mendekati aku dan berdiri tepat disampingku. "kamu mau apa nak?" Tanya lelaki itu. "Mau bunuh diri ya? Bunuh diri kok mikir-mikir.. Aku perhatikan dari tadi kamu hanya berdiam diri. Kalau memang mau niat bunuh diri, ya ndak musti melamun dulu, ndak musti memikirkan kehidupan kamu.. Ya tinggal lompat aja, beres tok." Aku gak mengenal pria tua ini, tapi dia tiba-tiba saja berdiri disampingku, dan berbicara seperti itu. "Sebetulnya, orang kalau mau mengakhiri hidup, ya ndak musti lompat Jembatan seperti ini, banyak cara kok yang lebih mudah.. Contohnya, kamu tinggal kunci kamar kamu, kamu buka instalasi listrik dikamar kamu, kamu tinggal pegang itu setrum, beres.. Kamu mati, dan orang-orang akan menyangka kamu mati tersetrum, bukan karena mati bunuh diri" Ada apa dengan pria tua ini, dia berkata seperti itu dan sedikit membuyarkan niatku, sekarang aku jadi memikirkan kata-katanya. "Nak, apa masalah kamu sampai kamu mau mati begini?" dia bertanya sama aku. "Ayo lah cerita, seenggaknya nanti bakal banyak yang bertanya, kenapa kamu mekat, dan aku sudah tahu jawabannya" Ah.. Ini orang malah bertanya seperti itu, tapi kok aku jadi ingin memberitahu dia ya? Tapi aku gak akan berkata sepatah kata pun, dan aku tidak akan mengurungkan niatku. "Cinta, hutang, atau apa nak? Ayo cerita sama bapak" Dia bertanya lagi padaku, aku menoleh dan menatap pria tua. Aku lihat dia tersenyum, kulitnya sudah keriput, kantung matanya besar dan rambut kusut, pakaiannya seperti gelandangan. itulah yg aku tatap dari sosok lelaki ini. Semakin aku tatap dia, dia pun menatap aku, masih dengan senyumnya yang tulus, namun sekarang aku lihat, matanya berkaca-kaca. Kenapa dengan pria tua ini? Aku tidak mengenal dia, tetapi dia seolah-olah peduli sama aku? "Apa bapak kenal aku" tanyaku. Dia hanya menggelengkan kepala. Masih kelopak matanya yang berkerut berkaca-kaca. aku penasaran, apa yang dia pikirkan?

"Sesungguhnya, akulah yang seharusnya mengakhiri hidup ini, aku menyesal tak bisa membahagiakan dan memberi yang terbaik untuk orang yang aku kasihi. Ya, dulu aku punya anak seusiamu nak, aku sayang dia, dari kecil sampai dia seusiamu, kasih sayangku tak pernah lepas terhadap dia. Bahkan rasa sayangku melebihi sayang aku kepada ibunya. Namun entah mengapa, tragedi itu terjadi tanpa aku bisa mencegahnya.. Dia mengakhiri hidupnya tanpa aku tahu sebabnya. Mulai saat itu, hidupku hancur, aku tak tahu harus berbuat apa? Pekerjaanku terabaikan, aku seakan sudah tidak memperdulikan hidupku. Istriku sampai tidak tahan dengan hidup aku yang sudah seperti orang gila, dia sakit-sakitan dan pulang kekampung halamannya. Sempat aku memikirkan akan mengakhiri hidup juga karena tidak tahan dengan semua ini, namun kalau aku melakukannya, aku berpikir, pasti akan ada lagi orang yang tersakiti karena kepergianku. Jadi, aku menggelandang saja, agar aku bisa melupakan sakit perih hatiku karena ditinggal orang yang sangat aku sayangi. Jadi pada intinya, apakah kamu mau nanti orang tuamu hidup seperti aku? Menggelandang dari satu kota kekota lain demi melupakan orang yang disayanginya? Atau kamu tega membiarkan orang tuamu sakit-sakitan karena tak bisa melupakan kematianmu dengan cara ini? Tentunya kamu masih mempunyai orang tua kan?" Lelaki tua ini berbicara panjang. dan ya Tuhan, dia sangat menyentuh hatiku, batinku jadi menjerit.. segenap relung hatiku tercabik mendengar perkataannya. aku yang gelap mata akan mengakhiri hidupku, ternyata malah ingin menangis dan teringat ayah dan ibuku. Ya Tuhaaaan, maafkan khilafku, ujarku dalam hati.

"Aku sayang dia, namun aku khilaf telah menyakitinya. Aku berjanji sama dia akan menikahi dia, tepat bulan ini. tapi sesuatu hal telah membuatnya pergi dariku.. Aku sayang dia, aku cinta dia.. Aku tak mau dia pergi dari hidupku!" aku menangis sambil menceritakan apa yang aku rasakan. "Awalnya, aku kembali bertemu dengan mantan pacarku semasa SMU dulu di sebuah acara Reuni, entah mengapa aku terkenang lagi tentang kisah asmaraku dengan dia. Dan, bodohnya aku, aku mengajak wanita itu untuk hanya sekadar pergi makan ke tempat favorit kami dulu, tanpa disangka, Ismi, calon istriku yang sedang mengandung bertemu aku dan wanita itu. Rupanya Ismi sedang berbelanja keperluan, sementara aku hanya ingin mengenang kisah kami dulu.. Ya, aku akui aku salah, aku salah telah menyakiti dia tanpa sengaja.. Ismi seketika itu juga pergi berlari ketika melihat aku dengan mantanku, sambil menangis, dia menaiki sebuah angkutan umum, aku berusaha mengejar, namun karena padatnya jalanan dan macet, aku tak bisa mengejar dia. Aku bodoh! Aku memang bodoh, tak layak aku hidup karena sudah menyakiti wanita yang aku sayangi. sore harinya, aku hubungi dia melalui tetepon genggamnya, namun tidak aktif. aku berusaha menemui dia ke tempat kos-kosan, namun dia sudah pergi. Kata ibu kost pemilik kostan tersebut, Ismi membawa semua barangnya dalam tas besar, dan berpamitan kepada sang pemilik kost. Ah, aku putus asa, aku melacak dia kesana kemari tak dapat jawaban.. Bodohnya aku, dulu ketika aku masih bersama, aku belum sempat bertanya secara lengkap alamat orang tuanya yang ada di kaltim. Percuma aku pergi ke Kalimantan, hanya akan tersasar saja.. Pak, aku tega membiarkan dia kabur dari aku, serta membawa bayi yang masih dalam kandungannya.. Aku tak tega pak, tak tegaaaa :(" aku menangis seraya menceritakan semuanya kepada si bapak tua itu.

"Sabarlah nak, hidup ini memang sulit. Semua orang pasti memiliki masalah, tidak mungkin tidak" Pria tua ini memandang kosong kedepan sambil berbicara kepadaku. "Maaf pak, bapak lebih baik pergi saja sana, mundur, jangan dekati aku, aku sudah hilang pak, hidup jiwaku sudah terkapar dan hanyut dibawa badai penyesalan, tak mungkin aku bangkit, tak mungkin aku kembali menjalani hidupku seperti biasa, karena aku sudah kehilangan sebelah nyawaku, dan aku sudah kehilangan hembusan nafasku. Ismi calon istriku, dialah separuh nyawa hidupku, sedangkan anak yang ada dalam kandungannya, dialah hembusan nafasku, tanpa mereka, aku mati pak, mati!!!" aku berteriak, dan bersiap untuk meloncat ke bawah jembatan ini. "Selamat tinggal dunia....." aku menangis dan memejamkan mata. Tak kuat rasanya harus menanggung beban rasa bersalah ini.

"Lihat ini" Tiba-tiba pria tua ini mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya yang kumal. Aku terkaget bukan kepalang, dan nafasku menjadi menggebu. Aku kebingungan, kenapa dengan si bapak tua ini? Kenapa dia mengeluarkan sebuah telepon genggam milik Ismi, kekasihku yang pergi meninggalkan aku? "Kamu pasti terheran, kenapa aku memegang Handphone milik Ismi?" dia menatapku. Aku heran, aku bingung, kenapa dia memegang benda milik Ismi? "Kamu kenal Ismi? Dimana dia?? Dimana???" aku berteriak emosi sambil memegang kerah pakaian pria itu"ceritanya panjang" Pria tua ini kembali berbicara, dan dia sambil duduk diatas dinding pembatas jembatan ini.

"Beberapa hari yang lalu, aku tengah berjalan menyusuri jalanan kota ini,langkah demi langkah aku tapaki, tanpa tujuan pasti. Ketika aku lelah, seperti biasa aku beristirahat ditempat teduh. Hari itu, aku berada di pelabuhan, ketika aku sedang duduk-duduk, aku melihat seorang wanita sedang berdiri di bibir dermaga. Aku curiga karena wanita itu menangis sesegukan. Aku takut terjadi apa-apa, ya aku hampiri saja. Wanita hamil itu masih menangis ketika aku mencoba berbicara padanya. Aku terus membujuk dia agar berhenti menangis dan menceritakan masalahnya padaku. Lalu akhirnya dia mau bercerita semuanya. Pada inti dari ceritanya, dia berucap, beberapa minggu kedepan dia akan menikah dengan seorang pria, namun pria itu menyakitinya. Dia merasa dibohongi, merasa cintanya di khianati. Aku bisa menyadarkannya, dan Alhamdulilah, dia sedikit bangkit, dan tidak berputus asa lagi setelah aku menasehatinya."


Panjang lebar dan mengharukan, pria itu bercerita. Ternyata dia bertemu dengan Ismi ketika dia sedang mengelandang, dia menasihatinya sehingga tidak terpuruk. dan yang membuat aku sangat terharu, ternyata bapak tua ini rela mencari aku agar aku bisa mengejar Ismi kembali. Apa yang dilakukannya sungguh sangat mulya. Kenapa dan apa yang membuat pria ini begitu tulus mau membantu aku, agar bisa bersatu lagi dengan Ismi? "oia nak, nama kamu Heru kan? Yang beralamat dijalan Juanda sebrang jembatan?" dia kembali menyapaku. "Iiya pak, saya Heru" Calon istrimu menitipkan Handphone ini, aku berbicara sama dia, dan berjanji akan mencari kamu agar calon istrimu tidak putus asa. Sekarang dia sudah berada di Kalimantan, aku suruh dia pulang ke rumah orang tuanya, dan berjanji akan menyampaikan hal ini ke kamu. Aku sarankan, kamu kejar dia ke Kalimantan, dan alamat lengkapnya ada didalam telepon genggam ini, nih aku serahkan kepadamu"

pria tua itu memberikan Telepon genggam milik Ismi, dan dia turun dari pembatas jembatan, lalu pergi meninggalkan aku. "Tunggu!" teriakku memanggil kembali orang tua itu, namun dia tetap saja berjalan meninggalkan aku. Aku kejar dia sampai ke sisi jalan raya. "Berhenti dulu pak. saya sangat berutang budi sama bapak, sebaiknya bapak ikut kerumah saya, dan bapak boleh tinggal dirumah saya. Boleh pak, daripada bapak menggelandang seperti ini." aku berseru sambil memegang pundak pria tua ini. "Nak, saya tidak butuh tempat tinggal.. Saya tidak butuh hangatnya keluarga lagi. Sekarang saya sudah tenang dan lega, karena ternyata hidup saya masih bisa berguna. Saya masih bisa mencegah seorang anak yang akan mengakhiri hidupnya, aku anggap kamu anak saya, dan saya sudah tahu masalahnya, dan berhasil mencegah kamu mati." Sambil berkaca-kaca pria tua itu berbicara, dan tak sempat aku membalas ucapannya, dia pergi berlalu, menyeberangi jalanan yang padat, dan hilang ditengah kerumunan orang-orang.

Akhirnya aku bisa bertemu dengan calon istriku di Kalimantan, tempat tinggal orang tuanya. Aku meminta maaf padanya, dan kami menikah disana, sesuai janji aku, bahwa aku akan menikahi dia. Kami hidup bahagia, dan aku berjanji, tak akan aku mengecewakan kekasihku lagi.

Makna dari cerita ini adalah; sesulit apapun hidup, Cinta dan kasihlah penyelamatnya. Cintailah orang-orang yang kita sayangi, dan jangan pernah berputus asa. Sekian :D



By: Cho Layz (Terinspirasi kisah nyata)



Jangan lupa, follow @Cho_Layz on twitter. mention saja, pasti di follow back :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar